Salah satu hal yang sering bikin bingung saat rekrutmen adalah soal status kerja. Apakah karyawan sebaiknya diikat dengan kontrak waktu tertentu atau tidak? Nah, pertanyaan ini cukup penting karena menyangkut hak dan kewajiban di tempat kerja.
Perbedaan PKWT dan PKWTT bukan cuma soal durasi kontrak. Tapi juga menyangkut perlindungan hukum, tunjangan, hingga potensi jenjang karier. Kalau Anda masih ragu membedakan keduanya, yuk kita bahas satu per satu secara lengkap dan dengan contoh konkretnya.
Perbedaan PKWT dan PKWTT dalam Dunia Kerja
Banyak perusahaan yang belum benar-benar paham soal perbedaan PKWT dan PKWTT. Padahal, kesalahan kecil dalam menerapkan jenis kontrak bisa berujung masalah hukum di kemudian hari.
PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) umumnya dipakai untuk pekerjaan yang sifatnya musiman. Sementara PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) lebih cocok untuk pekerjaan yang bersifat tetap. Supaya tidak salah menerapkan, yuk kita pahami lebih dalam perbedaan keduanya.
1. Durasi Hubungan Kerja
Durasi kerja adalah perbedaan paling jelas antara PKWT dan PKWTT. PKWT hanya berlaku untuk jangka waktu tertentu, maksimal 5 tahun. Setelah masa itu habis, kontrak tidak bisa diperpanjang sembarangan. Jika perpanjangan tidak sesuai aturan, status kerja bisa berubah menjadi PKWTT secara otomatis.
Sementara itu, PKWTT tidak memiliki batas waktu. Hubungan kerja berlangsung terus-menerus hingga salah satu pihak mengakhiri secara sah, baik melalui pengunduran diri, pemutusan hubungan kerja (PHK), atau pensiun.
2. Hak dan Tunjangan
Karyawan PKWT tidak berhak mendapatkan pesangon jika kontrak kerja berakhir sesuai masa yang disepakati. Mereka hanya menerima kompensasi sesuai kontrak. Sebaliknya, karyawan PKWTT berhak atas pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak jika terjadi PHK.
Tak hanya itu, karyawan dengan status PKWTT juga biasanya mendapat akses ke tunjangan tambahan seperti jaminan pensiun, pelatihan kerja, dan jenjang karir yang lebih jelas.
3. Fleksibilitas Jenis Pekerjaan
PKWT dirancang untuk pekerjaan yang bersifat sementara atau musiman. Misalnya, pekerjaan proyek konstruksi, penyelenggaraan event, panen musiman, atau pekerjaan yang bisa selesai dalam waktu tertentu.
Sebaliknya, PKWTT cocok untuk pekerjaan yang rutin dan berkelanjutan, seperti staf administrasi, akuntan, tenaga pengajar, atau posisi lainnya yang dibutuhkan terus-menerus oleh perusahaan.
4. Peluang Karier dan Kestabilan
PKWTT memberikan kestabilan kerja yang lebih tinggi. Pekerja bisa fokus dan berkomitmen penuh karena tidak perlu khawatir soal kontrak yang habis. Hal ini berpengaruh positif terhadap kinerja dan loyalitas.
Di sisi lain, pekerja PKWT sering kali mengalami ketidakpastian. Mereka mungkin merasa ragu untuk mengembangkan diri karena statusnya yang sementara. Hal ini bisa berdampak pada produktivitas dan engagement.
5. Status Hukum dan Penyelesaian Sengketa
PKWT wajib dibuat secara tertulis dan dilaporkan ke Kementerian Ketenagakerjaan. Jika tidak, kontrak tersebut dianggap tidak sah dan bisa dikategorikan sebagai PKWTT.
PKWTT sendiri tidak wajib dibuat secara tertulis, namun sangat disarankan agar ada dokumen tertulis untuk memperjelas hak dan kewajiban kedua pihak. Dalam hal terjadi sengketa, keberadaan dokumen sangat membantu proses penyelesaian.
Memahami perbedaan PKWT dan PKWTT bukan hanya penting dari sisi legalitas, tetapi juga strategis. Jenis kontrak yang tepat bisa membantu perusahaan lebih efisien dalam pengelolaan tenaga kerja.
Contoh Kasus Memilih Jenis Kontrak Kerja yang Paling Tepat
Memahami teori perbedaan PKWT dan PKWTT saja tidak cukup. Supaya lebih jelas, mari kita lihat langsung penerapannya lewat contoh nyata di dunia kerja.
1. Perusahaan Event Organizer Gelar Konser
Sebuah event organizer (EO) sedang menyiapkan konser musik berskala besar. Mereka membutuhkan tambahan 30 kru lapangan, mulai dari teknisi sound system hingga bagian keamanan. Pekerjaan ini hanya berlangsung selama tiga bulan dan selesai saat konser berakhir.
Dalam situasi ini, PKWT adalah pilihan yang paling tepat. Alasannya, proyek bersifat sementara dan sudah jelas durasi serta ruang lingkupnya. Kontrak dibuat dengan jangka waktu 3 bulan, dan selesai tanpa ada kewajiban memperpanjang kecuali ada acara baru di masa mendatang.
2. Startup Edukasi Rekrut Desainer Tetap
Sebuah startup di bidang pendidikan digital tengah berkembang pesat. Mereka membutuhkan seorang graphic designer untuk mengelola konten visual secara rutin. Posisi ini bersifat permanen, dibutuhkan secara terus-menerus untuk kebutuhan branding dan kampanye produk edukatif.
Karena sifat pekerjaannya berkelanjutan dan bukan proyek sementara, maka PKWTT adalah jenis kontrak yang benar. Dengan menggunakan PKWTT, karyawan mendapatkan status tetap, hak atas tunjangan, BPJS, hingga peluang naik jabatan. Ini juga menunjukkan komitmen perusahaan dalam membangun tim jangka panjang.
Dari dua contoh kasus di atas, kita bisa melihat bahwa jenis kontrak kerja bukan sekadar formalitas administratif. Ia menentukan hak dan kewajiban kedua belah pihak, serta berpengaruh langsung pada legalitas hubungan kerja.
Setelah memahami perbedaan PKWT dan PKWTT, jangan lupa lengkapi sistem kerja Anda dengan pengelolaan presensi yang rapi dan transparan.
Presensi digital sangat membantu perusahaan memastikan kehadiran karyawan sesuai kontrak. Apalagi bila Anda menggunakan sistem seperti iPresens, yang mendukung teknologi berbasis GPS dan rekap absensi otomatis.
Segera hubungi iPresens untuk solusi ideal kebutuhan bisnis Anda!







